Sabtu, 30 Juli 2011

Motivasi

"Aku sedang berpikir-pikir. Semakin lama di PM, aku semakin sadar bahwa inti hidup itu adalah kombinasi niat ikhlas, kerja keras, doa, dan tawakkal. Ingat kan kata Kiai Rais, ikhlaskan semuanya, sehingga tidak ada kepentingan apa-apa selain ibadah. Kalau tidak ada kepentingan, kan seharusnya kita tidak tegang dan kaget," katanya.

"Jadi maksud anta...?" tanyaku.

"Iya, rugi kalau stres, mending kita bekerja keras. Wali kelasku pernah memberi motivasi yang sangat mengena di hati. Katanya, kalau ingin sukses dan berprestasi dalam bidang apa pun, maka lakukanlah dengan prinsip "saajtahidup fauqa mustawa al-akhar". Bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. Fahimta. Ngerti, kan?"

"Iya, tapi itu kan biasa saja, semua kita tahu."

"Aku sangat terkesan dengan prinsip ini. Coba renungkan lebih dalam untuk merasakan kekuatan prinsip sederhana ini. Ingatlah, sang juara dan orang sukses itu kan jauh lebih sedikit daripada yang tidak sukses. Apa sih yang membedakan sukses dan tidak? Belum tentu faktor pembeda itu otak lebih cemerlang, hapalan yang lebih kuat, badan yang lebih besar, dan orang tua yang lebih kaya. Tapi yang membedakan adalah usaha kita. Selama kita berusaha dan bekerja keras di atas orang kebanyakan, maka otomatis kita akan menjadi juara! Lihatlah, berapa perbedaan antara juara satu lari 100 meter dunia? Cuma 0,00 sekian detik dibanding saingannya. Berapa beda jarak juara renang dengan saingannya? Mungkin hanya satu ruas jari! Untuk juara hanya butuh sedikit lebih baik dari orang kebanyakan! Sudah terasa kekuatannya? Maksudku, kalau kita berusaha sedikiiiit saja lebih baik dari orang kebanyakan, maka kita jadi juara. Ingat, filosofinya: sedikit saja lebih baik dari orang lain. Itu artinya perbedaan sepersekian detik, satu ruas jari tadi. Kira bisa dan kita mampu jadi juara kalau mau!"

"Kalau begitu, kalau kita mau berhasil ujian ini, kita belajar sedikit lebih lama dari kebanyakan teman-teman," simpulku.

"Persis. Kita perlu bertekad belajar lebih banyak dari orang kebanyakan. Kalau umumnya orang belajar pagi, siang, dan malam, maka aku akan menambah dengan bangun lagi dini hari untuk mengurangi ketinggalan dan menutupi kelemahanku dalam hapalan. Di atas semua itu, ketika semua usaha telah kita sempurnakan, kita berdoa dengan khusyuk kepada Allah. Dan hanya setelah usaha dan doa inilah kita bertawakkal, menyerahkan semuanya kepada Allah,"


- Negeri 5 Menara, 382-384 -



Bagimana menurut kalian? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar